Awal Mula Organisasi di Indonesia
1. Latar Belakang
Soal organisasi tentu tak diragukan lagi di Indonesia tentunya terdapat beribu - ribu macam organisasi, baik profit oriented, non profit oriented, social oriented, community oriented dan lainnya. Namun dibalik itu ada baiknya kita melihat kembali ke belakang, istilah kerennya “flashback”, apakah yang terjadi, mengapa dan kenapa.
2. Organisasi Pertama
Bicara soal yang “pertama”, organisasi yang ada di Indonesia (maksudnya juga didirikan oleh orang Indonesia) adalah Serikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1911.
Akan tetapi, faktanya berkata lain, mengapa pada pelajaran sekolah, organisasi Indonesia yang disebutkan adalah Budi Utomo??? Jelas pernyataan tersebut bukanlah merupakan kesalahan. Jadi pertanyaannya, mengapa Organisasi Budi Utomo disebutkan dan juga diakui sebagai organisasi pertama di Indonesia???
Penjelasannya adalah oleh karena, lahirnya Budi Utomo "dianggap" menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia. Padahal sebenarnya fase ini menunjukkan pada etnonasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas bangsa Jawa, bukan nasional.
Bagi pemerintah kolonial Belanda jelas Budi Utomo yang dipandang penting. Organisasi itu sesuai dengan Politik Etis yang dicanangkan mereka awal abad ke-20, ingin meningkatkan pendidikan tetapi tanpa terjun ke politik praktis. Sedangkan Sarekat Islam lebih dipandang sebagai gerakan yang berbahaya, sebab itu pengakuan pemerintah kolonial terhadap perhimpunan ini hanya bersifat lokal. Pandangan serupa diteruskan oleh pemerintah Orde Baru yang memandang organisasi seperti Budi Utomo lebih cocok dengan program stabilitas nasional. Sedangkan perkumpulan seperti Sarekat Islam itu berpotensi menimbulkan gejolak.
Itulah sebabnya dalam buku-buku sejarah nasional kita Budi Utomo yang ditonjolkan. Bahkan selalu ditekankan bahwa organisasi tersebut tidak bersifat kedaerahan. Kini bingkai sejarah lama itu telah retak. Perlu dibuat yang baru.
3. Sarekat Dagang Islam (SDI)
Sarekat Islam pada awalnya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang diberi nama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan ini didirikan oleh Haji Samanhudi tahun 1911 di kota Solo. Perkumpulan ini semakin berkembang pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama perkumpulan menjadi Sarekat Islam. Sarekat Islam (SI) dapat dipandang sebagai salah satu gerakan yang paling menonjol sebelum Perang Dunia II.
Pendiri Sarekat Islam, Haji Samanhudi adalah seorang pengusaha batik di Kampung Lawean (Solo) yang mempunyai banyak pekerja, sedangkan pengusaha-pengusaha batik lainnya adalah orang-orang Cina dan Arab.
Tujuan utama SI pada awal berdirinya adalah menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa. Keadaan hubungan yang tidak harmonis antara Jawa dan Cina mendorong pedagang-pedagang Jawa untuk bersatu menghadapi pedagang-pedagang Cina. Di samping itu agama Islam merupakan faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang-pedagang Islam.
Pemerintah Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat. SI dianggap membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda, karena mampu memobilisasikan massa. Namun Gubernur Jenderal Idenburg (1906-1916) tidak menolak kehadiran Sarekat Islam. Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas.
Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum (1916-1921). Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat Islam.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer sosialistis yang dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Pada Kongres Sarekat Islam Ketiga tahun 1918 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin meluas. Sementara itu pengaruh Semaun menjalar ke tubuh SI. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah-penjajah, tetapi antara kapitalis-buruh. Oleh karena itu, perlu memobilisasikan kekuatan buruh dan tani disamping tetap memperluas pengajaran Islam.
Dalam Kongres SI Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh dan Sarekat Sekerja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi pemerintah kolonial. Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah masuk ke tubuh Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya. Dalam Kongres Sarekat Islam kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan Central Sarekat Islam yang menimbulkan perpecahan.
Rupanya benih perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan kembali. Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat Ketua CSI menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada di dalam penjara, memimpin kongres tersebut. Akhirnya Kongres tersebut mengeluarkan ketetapan aturan Disiplin Partai. Artinya, dengan dikeluarkannya aturan tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono, dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.
Pada Kongres Sarekat Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). dan cabang Sarekat Islam yang mendapat pengaruh komunis menyatakan diri bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan organisasi di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan “Indonesia” untuk menunjukan perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda. Namun dalam tubuh PSII terjadi perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang menekankan perjuangan kebangsaan di satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang menyatakan keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI). Perpecahan ini melemahkan PSII. Akhirnya PSII pecah menjadi PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, PSII, dan PARI dr. Sukiman
Sejarah perjalan serikat Dagang Islam mengalami pasang surut,didalam percaturan politik tanah air,sejak jaman penjajahan belanda sampai saat ini, Namun yang harus kita ambil pelajaran bahwa cita-cita dari organisasi Seikat Dagang Islam dalam melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan, itulah yang harus menjadi insvirator dan motivator bagi kita generasi muda hari ini untuk terus berjuang memajukan bangsa dan Negara.
4. Budi Utomo
Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.
Ide membentuk Budi Utomo sebenarnya muncul dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan mahasiswa Indonesia di perpustakaan School Tot Opleiding Van Inlandshe Artsen. Para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam sekolah tersebut memikiran nasib bangsa yang selalu dijajah dan tidak memiliki kesatuan hukum yang menaunginya.
Maka Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Goembrek menggagas sebuah kelompok pemuda yang bisa menyatukan Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama Budi Utomo. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 di ruang belajar STOVIA.
Dahulu, ormas yang berkeliaran di negeri ini selalu memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan antek-anteknya. Dalam praktiknya pun mereka sering kali menyalahgunakan wewenang sebagai pemimpin pribumi. Mereka sering menindas rakyat daripada membela rakyat. Salah satunya adalah dengan menarik pajak yang sangat besar guna menyenangkan hati pemerintah Belanda.
Atas dasar hal itulah sekelompok mahasiswa jurusan kedokteran di School Tot Opleiding Van Inlandshe ingin memperbaiki nasib bangsa yang semakin terpuruk. Mereka juga menyadari bahwa selama ini suku-suku di nusantara saat itu masih mendirikan kelompok-kelompok sendiri sehingga kesatuan dan persatuan terpecah.
Seperti orang jawa berkelompok dengan orang jawa, orang sunda berkelompok dengan orang sunda, bahkan ada kelompok pemuda eksklusif yaitu, Tiong Hoa Hwee Koan yang hanya beranggotakan orang-orang cina yang kaya raya, dan Indische Bond, yaitu organisasi yang khusus untuk indo-belanda.
Lalu, bagaimana nasib orang-orang kecil yang tidak punya kelompok, akankah mereka selalu terinjak? Siapa lagi yang akan peduli jika bukan bangsa sendiri. Pemerintah Hindia Belanda jelas tidak akan peduli pada nasib pribumi justru mereka yang membuat bangsa pribumi miskin dan terinjak-injak.
Para pemuda akhirnya mengambil kesimpulan bahwa mereka yang harus segera mengambil tindakan untuk membuat sebuah lembaga yang dapat menyatukan rakyat agar bisa memperbaiki bangsa. Karena nasib suatu kaum tidak akan berubah jika bukan kaum itu yang mengubahnya. Pada waktu itu munculah gagasan dari Soetomo untuk mendirikan sebuah organisasi yang bersifat nasional.
Perkumpulan itu akan menyatukan semua orang yang mempunyai nasib yang sama, yaitu merasa terjajah oleh bangsa asing. Maka saat itu bersatulah orang-orang Sunda, Jawa, dan Madura yang diharapkan bisa memperbaiki nasib bangsanya.
Perkumpulan itu tidak bersifat eksklusif seperti kelompok-kelompok sebelumnya, organisasi ini sangat terbuka. Siapa pun bisa bergabung di dalamnya tanpa memandang ras, suku agama, kedudukan, kekayaan, dan pendidikan.
Pada awalnya organisasi ini hanya berjuang di pulau Jawa dan Madura saja, namun pada akhirnya kelompok ini semakin meluas dan menasional, sehingga beberapa organisasi daerah, seperti Jong Sumatera, Jong Sulawesi, dan Jong Maluku ikut pula bergabung dalam kelompok ini.
Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1. Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2. Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3. Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4. Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5. Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para perempuan.
6. Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7. Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera.
8. Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.
Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
1. Tidak mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar sebagai ketua.
Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yakni :
1. Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang nasionalis.
Organisasi lainnya yang dimaksud bersifat kedaerahan :
1. Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia. Para pelajar Jawa waktu itu diwajibkan mengenakan jarik (kain) dan udheng (ikat kepala). Di atas udheng itu dikena-kan topi berlambang kedokteran. Suatu pemandangan yang menggelikan, karenanya calon-calon dokter yang biasanya berasal dari kalangan priyayi itu dicemoohkan orang sebagai "kondektur trem". Satiman berjuang agar para pelajar dapat mengenakan "pakaian bebas". Dalam praktek itu berarti hak untuk berpakaian sebagai orang Barat. Sesudah lama dipertim-bangkan, akhirnya direktur STOVIA memutuskan untuk meluluskan permohonan itu, terutama karena ternyata pakaian Barat agak lebih murah daripada pakaian Jawa.
Dengan sendirinya waktu itulah kaum elit yang baru muncul dan berpendidikan baik itu di masa studi dan sesudahnya mulai membedakan diri secara lahiriah dari orang-orang setanah airnya dengan menggunakan gaya pakaian si penjajah. Para pelajar STOVIA itu adalah orang-orang yang sadar akan kelas dan statusnya, dan antara sesamanya mereka berbicara Belanda. Ini tidak berarti bahwa rnereka mencampakkan budaya Jawa. Satiman justru ingin menghidupkan kembali budaya itu. Tang-gal 7 Maret 1915 bersama dengan Kadarman dan Soenardi ia mendirikan Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia) yang menjadi pendahulu Jong Java. Yang menjadi anggota pertamanya adalah lima puluh pelajar STOVIA, Kweekschool (Sekolah Guru) Gunung Sari (Weltevreden), dan Koningin Wilhelmina School (KWS).
2. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin. Kelahiran JSB pada mulanya banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-anak Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini. Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang. Aktivis JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini pada edisi perdana Jong Sumatra.
3. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia.
4. Jong Indonesia
Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
5. Indonesia Muda
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda daerah / lokal.
6. Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.
Referensi : http://www.wikipedia.org, http://sejarah-agustinus.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar